Waktu kecil saya pernah mendengar cerita dari bapak saya tentang bagaimana ayahnya meninggal di zaman peperangan. Di depan rumah bapak dulu ada sebuah tiang bendera, dan kakek katanya meninggal ditembak di depan rumahnya saat mengibarkan bendera merah putih di tiang tersebut. Entah bapak melihat kejadian tersebut langsung, atau diceritakan oleh orang lain, saya belum sempat bertanya.
Beberapa minggu yang lalu saya melewati jalan yang dipinggirnya ada SMA di Bandung. Di depan gerbang sekolah tersebut terpampang spanduk dalam bahasa Jepang yang seingat saya artinya "selamat datang X" yang mana X merujuk mungkin kepada beberapa pelajar Jepang yang melakukan pertukaran ke SMA tersebut atau mungkin bertandang saja, saya tidak tahu pasti, yang pasti spanduk tersebut ditujukan kepada orang yang memiliki nama dalam bahasa Jepang.
Sewaktu kuliah saya pernah mendengar sebuah band bernama Laruku (baca L’Arc-en-Ciel), walau tidak tahu makna dari kebanyakan lirik mereka, sampai sekarang saya masih menyukai lagunya. Tidak itu saja, dari kecil saya menyukai banyak komik-komik luar, baik dari Jepang, Cina, Korea, Amerika, atau pun Prancis. Bagi saya komik mereka menghibur, unik, dan kreatif.
Beberapa hari lalu saya terbentur dengan sebuah video dokumenter yang bagus, isinya menceritakan tentang kesaksian para tentara Jepang pada saat Perang Dunia kedua, judulnya Riben Guizi, kalau secara harfiah artinya "Setan-setan Jepang". Berikut linknya: https://www.youtube.com/watch?v=fYQK98d0wQM.
Saya salut dengan masyarakat kita ini, Indonesia. Mereka punya beberapa sifat yang mengagumkan: pemaaf dan pelupa; tapi sayangnya juga punya sifat buruk yaitu tidak pernah belajar dari sejarah (bahkan ada sejarah yang di putar balikan). Benar kata pepatah: "Sejarah ditulis oleh yang menang".