kilabit.info
Build | GitHub | Mastodon | SourceHut |

Ini adalah bacaan saya yang paling lama selesai. Bukan karena ketebalannya tapi karena isinya yang kompleks dan dalam, di luar bidang saya.

Bad Pharma by Ben Goldacre

Bad Pharma adalah pengungkapan tentang korup dan rusaknya sistem pengobatan modern di bawah industri farmasi besar. Sebagai seorang dokter, Goldacre menguak bagaimana suatu obat bisa dibuat, dari laboratorium, uji coba, paten, sampai dijual ke pasar dengan setiap proses memiliki kecatatannya sendiri. Biaya dan waktu setiap proses tersebut membutuhkan sangat besar dan lama, itu pun jika sekali proses sukses dan tidak ada masalah. Kadang efek samping tidak langsung terlihat, bisa dalam hitungan hari, minggu, bulan, bahkan tahunan.

Masalah pertama pada saat obat dibuat dan diuji. Goldacre menjelaskan bagaimana kompleksnya suatu obat dan pengaruhnya bagi manusia, sebagai target terakhir. Pada umumnya obat dibuat di laboratorium dengan melihat reaksi suatu molekul terhadap molekul yang lain. Misalnya, cyclooxygenase adalah enzim di dalam tubuh yang membantu membuat molekul untuk menyebabkan peradangan. Jika anda bisa menemukan molekul baru yang dapat menghentikan cyclooxygenase bekerja di dalam lab, pengujian selanjutnya adalah pada hewan. Jika tidak ditemukan efek samping yang terlalu berbahaya pada hewan, selanjutnya anda akan melakukan pengujian pada manusia. Pada pengujian terakhir ini sangat kompleks, karena manusia satu dengan manusia lainnya sangat berbeda. Bisa saja pada satu orang pengujian obat anda tidak ada efek samping, tapi pada orang lain efeknya sampai mempengaruhi jantung. Efek terkadang berbeda antara wanita dan pria, antara umur muda dengan tua, bahkan antara satu ras dengan ras lainnya (pernah dengar bahwa orang Cina lebih mudah mabuk alkohol daripada Kaukasian?)

Pengujian pada manusia dilakukan dalam tiga fase. Fase 1 yaitu untuk kelompok pasien yang "sehat" (tanpa penyakit yang ditargetkan oleh obat untuk melihat seberapa jauh dosis terhadap efek samping). Fase 1 ini diberikan oleh para sukarelawan sehat yang mau dibayar. Fase 2 dan 3 baru untuk pasien yang terkena penyakit, dengan fase 2 pada skala kecil dan fase 3 pada skala besar.

Kecacatan pada fase-fase ini terjadi pada saat pelaporan. Anda harus tahu, sebelum dan sesudah tahap uji coba dilakukan, semua proses tersebut harus dilaporkan kepada regulasi obat yang ditangani oleh pemerintah. Supaya obat dapat dipasarkan, regulator akan meninjau ulang data laporan tersebut dan menilai apakah obat layak dijual atau tidak. Sekarang, misalkan dari 10 percobaan pada manusia, 5 gagal dan 5 sukses, dan anda hanya memberikan kepada regulator 5 hasil yang sukses, apa yang regulator lihat? Ya. Obat anda akan tampak bekerja dengan baik.

Masalah yang kedua ada pada regulator sendiri. Bukan hanya di Indonesia saja, semua pegawai pemerintahan hampir di semua negara mendapatkan gaji yang kecil. Tidak sedikit regulator ini yang akhirnya pindah ke perusahaan obat karena mereka dibayar lebih mahal dan lebih tahu celah untuk mempercepat obat supaya diterima oleh pemerintah.

Masalah yang ketiga ada pada uji coba. Ada banyak permasalahan dari uji coba, dari perancangan uji yang buruk, pemilihan pasien yang disengaja, uji coba yang dipersingkat, uji coba yang beralih dari tujuan asalnya (obat X tadinya diuji coba untuk menyembuhkan Y, tapi hasilnya malah menyebutkan untuk Z), pemilihan data (memilih data trial dari pasien yang efeknya paling bagus, mengindahkan yang efek buruknya paling tinggi), dan yang paling mengherankan: uji coba yang dilakukan oleh perusahaan selalu menghasilkan hal positif, sementara percobaan dengan cara yang sama yang dilakukan oleh universitas atau entitas tanpa dana dari industri tidak selalu positif. Aneh?

Masalah yang keempat adalah iklan. Percaya atau tidak industri farmasi menghabiskan dua kali lipat pengeluaran mereka pada iklan dibandingkan dengan penelitian dan pengembangan obat.

Yang paling saya ingat dari buku ini adalah tentang paten obat. Anda tahu obat generik? Obat generik yaitu obat yang sudah habis masa patennya sehingga pemerintah atau perusahaan lain bisa memproduksi dan menjualnya dengan harga murah. Industri farmasi mengakali ini dengan menambah atau mengurangi beberapa molekul dengan efek yang sedikit lebih baik atau sama dengan obat generik dan mempaten ulang obat tersebut dan menjualnya lebih mahal dari obat sebelumnya, dan dengan bantuan promosi kepada doktor dan media, para pasien diberikan obat yang hasilnya sama dengan obat generik tapi dengan harga yang lebih mahal. Obat yang baru dan mahal belum tentu sebagus obat yang telah teruji bertahun-tahun dan murah, karena efek samping dan datanya, menurut Goldacre, belum cukup. [1]

Setelah membaca buku ini anda akan berpikir ulang sebaik apakah sains di tangan manusia? Sangat memalukan bila obat, terutama bidang kedokteran, yang merupakan ujung tombak dari sains yang dielu-elukan sebagai ilmu yang selalu berdasarkan fakta, dikotori oleh para industri farmasi besar ini.